Indonesia merupakan negara dengan kontribusi sektor UMKM yang cukup tinggi pada perekonomian nasionalnya. Sebagian besar UMKM Indonesia masih dikelola secara sederhana dan bersifat kekeluargaan dalam bentuk family business. Family business adalah usaha yang dalam pengelolaanya melibatkan setidaknya dua anggota keluarga sebagai pemangku kepentingan yang prominent dalam pengambilan kebijakan.
Mengelola family business bukanlah pekerjaan mudah. Banyak kepentingan yang harus dipikirkan atau setidaknya dicarikan jalan tengah agar bisnis tetap berjalan tanpa hambatan. Tanggung jawab yang harus diemban oleh manajemen juga tidak ringan karena menyangkut nama baik dan keberlangsungan masa depan keluarga.
Saking sulitnya mengelola family business sampai ada ungkapan menyebut bahwa generasi pertama membangun, generasi kedua mengembangkan sementara generasi ketiga menghancurkan. Ungkapan klise tersebut cukup kiranya menggambarkan betapa rumitnya konflik dan masalah yang biasanya dialami family business. Oleh karena itu ada 5 hal krusial yang perlu dipahami oleh para generasi penerus sebagai berikut.
Family business umumnya memiliki rasa memiliki dan kedekatan yang tinggi antar founder dan pemangku kepentingan yang masih memiliki hubungan keluarga. Hubungan baik ini disatu sisi memberi keuntungan, tetapi disisi lain menjadi challenge karena potensi konflik yang bisa muncul akibat perbedaan kepentingan dalam mengelola bisnis jangka panjang.
Sehingga perlu adanya mutual agreement dari seluruh anggota keluarga yang terlibat dalam manajemen mengenai tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing. Apabila ada perbedaan pendapat serta konflik yang terkait pengambilan kebijakan bisnis dapat saling menahan diri dan memberi kepercayaan bagi mereka yang memang bertanggung jawab di bidang tersebut.
Hubungan kekeluargaan yang dimiliki dalam family business juga berpotensi memecah belah apabila membawa masalah pribadi ke dalam urusan bisnis. Apabila ada permasalahan pribadi antar anggota keluarga hendaknya dapat saling menahan diri dan bersikap profesional karena ada kepentingan bersama untuk mengembangkan usahanya. Harus ada kesadaran bersama bahwasannya bisnis yang sedang dijalankan bukan hanya didasarkan kepentingan pribadi atau keluarga akan tetapi juga ada karyawan serta pelanggan yang harus dipikirkan kesejahteraannya.
Keuangan selalu menjadi masalah sensitif yang dapat dengan mudah memicu ketidakpercayaan yang berujung konflik. Sehingga menjadi sangat penting bagi manajemen family business untuk menciptakan transparansi dalam hal pengawasan keuangan. Membangun sistem pelaporan keuangan secara profesional, sistematis dan transparan akan menjaga kredibilitas dan integritas manajemen agar dapat menjaga soliditas pemangku kepentingan yang masih memiliki hubungan keluarga.
Membangun komunikasi yang baik antar pemangku kepentingan tak kalah penting dari tiga poin sebelumnya. Tak jarang komunikasi yang tidak terbangun secara baik dapat memicu kesalahpahaman yang dapat berujung pada perpecahan. Komunikasi harus dibangun secara terbuka dan efektif guna mengurangi potensi distorsi informasi yang bisa mendelegitimasi kepercayaan antar anggota keluarga yang terlibat dalam bisnis.
Salah satu ciri family business adalah dengan mewariskan usahanya ke penerus atau generasi keluarga selanjutnya. Menyiapkan generasi penerus yang kompeten dalam manajerial serta mewarisi semangat juang generasi perintis bukanlah pekerjaan mudah. Seringkali family business mengalami penurunan atau bahkan kehancuran karena tidak mampu mempersiapkan generasi penerus yang cekatan dan tangguh. Generasi penerus harus dibekali pengetahuan, karakter dan pengalaman yang cukup agar mengetahui bagaimana bisnis dijalankan serta memperoleh kepercayaan diri dan respect dari karyawannya.